KEL : JURNAL 2
- Aditya Losandro Putra
- Herdino Ambargo
- Rizki Eko Sumarsono
KOLABORASI ARSITEKTUR TELEMATIKA DARI SISI CLIENT DAN SERVER
Aditya Losandro Putra1, Herdino Ambargo2, Rizki Eko
Sumarsono3
Jurusan
Sistem Informasi, FIKTI, Universitas Gunadarma
ABSTRAK
Karena
keterbatasan sistem file sharing, dikembangkanlah arsitektur client/server. Dengan
arsitektur ini, query data ke server dapat terlayani dengan lebih cepat karena
yang ditransfer bukanlah file, tetapi hanyalah hasil dari query tersebut. RPC
(Remote Procedure Calls) memegang peranan penting pada arsitektur
client/server. Kolaborasi dari sisi client dan sisi server dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu Standalone (one-tier) yang semua
pemrosesan dilakukan pada mainframe, kode aplikasi, data dan semua komponen
sistem ditempatkan dan dijalankan pada host. Sedangkan Client/Server (two-tier)
dengan banyak client dan sebuah server yang dihubungkan melalui sebuah
jaringan. Aplikasi ditempatkan pada komputer client dan mesin database
dijalankan pada server jarak-jauh. Aplikasi client mengeluarkan permintaan ke
database yang mengirimkan kembali data ke client-nya. Dan yang terakhir Three-Tier
/ Multi-Tier dikembangkan untuk menjawab keterbatasan pada arsitektur
client/server. Dalam model ini, pemrosesan disebarkan di dalam tiga lapisan
(atau lebih jika diterapkan arsitektur multitier).
Kata Kunci :Arsitektur
telematika, Client/Server
1.
Pendahuluan
Dengan kemajuan
teknologi telekomunikasi dan teknologi informasi atau lebih dikenal dikenal
dengan istilah Telematika atau dalam istilah asingnya ICT (Information and
Communication Technology) menawarkan sesuatu yang pada awal perkembangan
komputer sangatlah mahal yaitu mini komputer, workstation dan personal komputer
yang memiliki kemampuan setara mainframe dengan harga yang jauh lebih murah.
Hal itu
mendorong munculnya paradigma baru dalam pemrosesan data yaitu apa yang disebut
Distributed Processing dimana sejumlah komputer mini komputer, workstation atau
personal komputer menangani semua proses yang didistribusikan secara phisik
melalui jalur jaringan komunikasi.
Istilah
arsitektur mengacu pada desain sebuah aplikasi, atau dimana komponen yang
membentuk suatu sistem ditempatkan dan bagaimana mereka berkomunikasi. Jadi
secara sederhana arsitektur telematika yaitu sebuah struktur desain yang secara
logic dapat meningkatkan hubungan jaringan komunikasi dengan teknologi
informasi.
Model arsitektur
telematika yang terdiri dari client dan server. Pengertian client-server
merupakan sebuah paradigma dalam teknologi informasi yang merujuk kepada cara
untuk mendistribusikan aplikasi ke dalam dua pihak, yiatu pihak client dan
pihak server.
Pada tulisan ini
juga akan dibahas mengenai penjelasan dari berbagai jenis arstektur dari Kolaborasi
Arsitektur telematika dari sisi Client dan Server dan cara kerja
2.
Kolaborasi
Arsitektur telematika dari sisi Client dan Server
1.
Standalone (one-tier)
Pada
arsitektur ini semua pemrosesan dilakukan pada mainframe. Kode aplikasi, data
dan semua komponen sistem ditempatkan dan dijalankan pada host. Walaupun
komputer client dipakai untuk mengakses mainframe, tidak ada pemrosesan yang
terjadi pada mesin ini, dan karena mereka “dump-client” atau “dump-terminal”.
Tipe model ini, dimana semua pemrosesan terjadi secara terpusat, dikenal
sebagai berbasis-host. Sekilas dapat dilihat kesalahan pada model ini. Ada dua
masalah pada komputasi berbasis host: Pertama, semua pemrosesan terjadi pada
sebuah mesin tunggal, sehingga semakin banyak user yang mengakses host, semakin
kewalahan jadinya. Jika sebuah perusahaan memiliki beberapa kantor pusat, user
yang dapat mengakses mainframe adalah yang berlokasi pada tempat itu,
membiarkan kantor lain tanpa akses ke aplikasi yang ada.
Pada
saat itu jaringan sudah ada namun masih dalam tahap bayi, dan umumnya digunakan
untuk menghubungkan terminal dump dan mainframe. Internet baru saja dikembangkan
oleh pemerintah US dan pada saat itu dikenal sebagai ARPANET. Namun
keterbatasan yang dikenakan pada user mainframe dan jaringan telah mulai
dihapus.
2.
Client/Server (two-tier)
Dalam
model client/server, pemrosesan pada sebuah aplikasi terjadi pada client dan
server. Client/server adalah tipikal sebuah aplikasi two-tier dengan banyak
client dan sebuah server yang dihubungkan melalui sebuah jaringan. Aplikasi
ditempatkan pada komputer client dan mesin database dijalankan pada server
jarak-jauh. Aplikasi client mengeluarkan permintaan ke database yang
mengirimkan kembali data ke client-nya.
Dalam
client/server, client-client yang cerdas bertanggung jawab untuk bagian dari
aplikasi yang berinteraksi dengan user, termasuk logika bisnis dan komunikasi
dengan server database. Tipe-tipe tugas yang terjadi pada client adalah :
• Antarmuka
pengguna
• Interaksi
database
•
Pengambilan dan modifikasi data
• Sejumlah
aturan bisnis
• Penanganan
kesalahan
Server
database berisi mesin database, termasuk tabel, prosedur tersimpan, dan trigger
(yang juga berisi aturan bisnis). Dalam sistem client/server, sebagian besar
logika bisnis biasanya diterapkan dalam database. Server database menangani :
• Manajemen
data
• Keamanan
• Query,
trigger, prosedur tersimpan
• Penangan
kesalahan
Arsitektur
client/server merupakan sebuah langkah maju karena mengurangi beban pemrosesan
dari komputer sentral ke komputer client. Ini berarti semakin banyak user
bertambah pada aplikasi client/server, kinerja server file tidak akan menurun
dengan cepat. Dengan client/server user dair berbagai lokasi dapat mengakses
data yang sama dengan sedikit beban pada sebuah mesin tunggal. Namun masih
terdapat kelemahan pada model ini. Selain menjalankan tugas-tugas tertentu,
kinerja dan skalabilitas merupakan tujuan nyata dari sebagian besar aplikasi.
Model client/server memiliki sejumlah keterbatasan :
• Kurangnya
skalabilitas
• Koneksi
database dijaga
• Tidak ada
keterbaharuan kode
• Tidak ada
tingkat menengah untuk menangani keamanan dan transaksi
Aplikasi-aplikasi
berbasis client/server memiliki kekurangan pada skalabilitas. Skalabilitas
adalah seberapa besar aplikasi bisa menangani suatu kebutuhan yang meningkat –
misalnya, 50 user tambahan yang mengakses aplikasi tersebut. Walaupun model
client/server lebih terukur daripada model berbasis host, masih banyak
pemrosesan yang terjadi pada server. Dalam model client/server semakin banyak
client yang menggunakan suatu aplikasi, semakin banyak beban pada server.
Koneksi
database harus dijaga untuk masing-masing client. Koneksi menghabiskan sumber
daya server yang berharga dan masing-masing client tambahan diterjemahkan ke
dalam satu atau beberapa koneksi. Logika kode tidak bisa didaur ulang karena
kode aplikasi ada dalam sebuah pelaksanaan executable monolitik pada client.
Ini juga menjadikan modifikasi pada kode sumber sulit. Penyusunan ulang
perubahan itu ke semua komputer client juga membuat sakit kepala.
Keamanan
dan transaksi juga harus dikodekan sebagai pengganti penanganan oleh COM+/MTS.
Bukan berarti model client/server bukanlah merupakan model yang layak bagi
aplikasi-aplikasi. Banyak aplikasi yang lebih kecil dengan jumlah user terbatas
bekerja sempurna dengan model ini. Kemudahan pengembangan aplikasi
client/server turut menjadikannya sebuah solusi menarik bagi perusahaan.
Pengembangan
umumnya jauh lebih cepat dengan tipe sistem ini. Siklus pengembangan yang lebih
cepat ini tidak hanya menjadikan aplikasi meningkat dan berjalan dengan cepat
namun juga lebih hemat biaya.
3. Three-Tier
/ Multi-Tier
Model
three-tier atau multi-tier dikembangkan untuk menjawab keterbatasan pada
arsitektur client/server. Dalam model ini, pemrosesan disebarkan di dalam tiga
lapisan (atau lebih jika diterapkan arsitektur multitier). Lapisan ketiga dalam
arsitektur ini masing-masing menjumlahkan fungsionalitas khusus. Yaitu :
• Layanan
presentasi (tingkat client)
• Layanan
bisnis (tingkat menengah)
• Layanan
data (tingkat sumber data)
Layanan
presentasi atau logika antarmuka pengguna ditempatkan pada mesin client. Logika
bisnis dikeluarkan dari kode client dan ditempatkan dalam tingkat menengah.
Lapisan layanan data berisi server database. Setiap tingkatan dalam model
three-tier berada pada komputer tersendiri. Konsep model three-tier adalah
model yang membagi fungsionalitas ke dalam lapisan-lapisan, aplikasi aplikasi
mendapatkan skalabilitas, keterbaharuan, dan keamanan.
3.
Kesimpulan
Pengertian
client-server merupakan sebuah paradigma dalam teknologi informasi yang merujuk
kepada cara untuk mendistribusikan aplikasi ke dalam dua pihak, yiatu pihak
client dan pihak server. Client-server diaplikasikan pada aplikasi mainframe
yang sangat besar untuk membagi beban proses loading antara client dan server.
Sebagai dampaknya client-server telah mengubah cara atau pola pikir kita dalam
mendesain dan membangun aplikasi. Dan ini sangat membantu end-user dalam
peng-harapan tentang “the look and feel” dari multiuser software.
Aplikasi-aplikasi
berbasis client/server memiliki kekurangan pada skalabilitas. Skalabilitas
adalah seberapa besar aplikasi bisa menangani suatu kebutuhan yang meningkat –
misalnya, 50 user tambahan yang mengakses aplikasi tersebut. Walaupun model
client/server lebih terukur daripada model berbasis host, masih banyak pemrosesan
yang terjadi pada server. Dalam model client/server semakin banyak client yang
menggunakan suatu aplikasi, semakin banyak beban pada server.
Dalam
perkembangannya, client-server dikembangkan oleh dominasi perusahaan-perusahaan
software besar yaitu Baan, Informix, Lotus, Microsoft, Novell, Oracle,
PeopleSoft, SAP, Sun, dan Sybase.
4.
Daftar Pustaka
http://abdulghanni.blogspot.com/2013/10/pengantar-telematika-arsitektur.html
http://siscaellia.wordpress.com/2014/10/15/arsitektur-telematika/
http://ari2150s.blogspot.com/2013/12/tugas-arsitektur-networking-client.html
0 komentar:
Posting Komentar