Perubahan organisasi adalah tindakan beralihnya suatu organisasi dari kondisi yang berlaku kini, ke
kondisi masa yang akan dating yang diinginkan guna meningatkan efesiensinya.
Perubahan organisasi akan
mengarah kepada opsi mundur, apabila sistem perencanaan yang ada didalamnya
baik satu ataupun banyak komponen yang menyusun mengalami disfungsi.
Konsekuensinya akan tampak pada meredupnya kegiatan tanpa ada alasan yang jelas
dan timbulnya kesenjangan di dalam organisasi . untuk hal yang paling tampak
adalah pada administrasi yang tumpang tindih dan tidak sesuai dengan AD/ART
organisasi.
Perubahan organisasi akan
mengarah pada opsi maju apabila ada kesinambungan yang harmonis antara system
dan pelaksananya. Suasana yang berlangsung pada sisterm tersebut tertata dan
dilaksanakan sesuai dengan prosedur atau membuat inovasi yang koorperatif satu
sama lain.
1.1. Faktor-faktor Perubahan
Organisasi
Sebuah perubahan dan
pengembangan dapatlah terjadi pada apapun dan siapapun tidak terkecuali dengan
organisasi. Tidak banyak individu atau organisasi menyukai adanya perubahan
namun tidak dapat dihindari namun harus dihadapi
1. Faktor Perubahan
Organisasi
Faktor perubahan terjadi
karena ada 2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
a. Faktor Internal
Adalah penyebab perubahan
yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan, yang dapat berasal dari
berbagai sumber.Problem yang sering timbul berkaitan dengan hubungan sesama
anggota organisasi pada umumnya menyangkut masalah komunikasi dan kepentingan
masing-masing anggota.Proses kerja sama yang berlangsung dalam organisasi juga
kadang-kadang merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Problem yang timbul
dapat menyangkut masalah sistem kerjasamanya dan dapat pula menyangkut
perlengkapan atau peralatan yang digunakan. Sistem kerja sama yang terlalu
birokratis atau sebaliknya dapat menyebabkan suatu organisasi menjadi tidak
efisien. System birokrasi (kaku) menyebabkan hubungan antar anggota menjadi
impersonal yang mengakibatkan rendahnya semangat kerja dan pada gilirannya
produktivitas menurun, demikian sebaliknya. Perubahan yang harus dilakukan akan
menyangkut struktur organisasi yang digunakan.
Kekuatan-kekuatan Internal
yaitu:
- Perubahan kebijakan lingkungan
- Perubahan tujuan
- Perluasan wilayah operasi tujuan
- Volume kegiatan bertambah banyak
- Sikap dan perilaku dari para anggota organisasi.
b. Faktor eksternal
Adalah penyebab perubahan
yang berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan. Organisasi bersifat
responsive terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu,
jarang sekali suatu organisasi melakukan perubahan besar tanpa adanya dorongan
yang kuat dari lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena
lingkungan menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang
termasuk faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan
peraturan pemerintah.
Kekuatan-kekuatan eksternal
yaitu:
- Politik
- Hukum
- Kebudayaan
- Teknologi
- Sumberdaya alam
- Demografi
- Sosiologi
1.2 Metode Perubahan dan
Pengembangan Organisasi
Manajer senantiasa harus
mengintisipasi perubahan dalam lingkungan yang akan mensyaratkan penyesuaian –
penyesuaian disain organisasi di waktu yang akan datang. Perubahan-perubahan
dalam lingkungan organisasi dapat di sebabkan oleh kekuatan internal dan
kekuatan eksternal. Berbagai kekuatan eksternal dapat menekan organisasi untuk
mengubah tujuan, struktur dan operasinya.
Ada berbagai teknik yang
dirancang para ahli, dengan tujuan meningkatkan kemampuan berkomunikasi serta
bekerja secara efektif, antar-individu maupun antar-kelompok dalam organisasi.
Beberapa teknik yang sering digunakan berikut ini.
1. Sensitivity training, merupakan teknik OD yang pertama diperkenalkan dan ayang dahulu paling sering digunakan. Teknik ini sering disebut juga T-group. Dalam kelompok kelomok T (singkatan training) yang masing masing terdiri atas 6 – 10 peserta, pemimpin kelompok (terlatih) membimbing peserta meningkatkan kepekaan (sensitivity) terhadap orang lain, serta ketrampilan dalam hubunga antar-pribadi.
2. Team Building, adalah pendekatan yang bertujuan memperdalam efektivitas serta kepuasaan tiap individu dalam kelompok kerjanya atau tim. Teknik team building sangat membantu meningkatkan kerjasama dalam tim yang menangani proyek dan organisasinya bersifat matriks.
3. Survey feedback. Dalam
teknik sruvey feedback. Tiap peserta diminta menjawab kuesioner yang dimaksud
untuk mengukur persepsi serta sikap mereka (misalnya persepsi tentang kepuasan
kerja dan gaya kepemimpinan mereka). Hasil surveini diumpan balikkan pada
setiap peserta, termasuk pada para penyelia dan manajer yang terlibat. Kegiatan
ini kemudian dilanjutkan dengan kuliah atau lokakarya yang mengevaluasi hasil
keseluruhan dan mengusulkan perbaikan perbaikan konstruktif.
4. Transcational Analysis (TA). TA berkonsentrasi pada gaya komunikasi antar-individu. TA mengajarkan cara menyampaikan pesan yang jelas dan bertanggung jawab, serta cara menjawab yang wajar dan menyenangkan. TA dimaksudkan untuk mengurangi kebiasaan komunikasi yang buruk dan menyesatkan.
5. Intergroup activities. Fokus dalam teknik intergroup activities adalah peningkatan hubungan baik antar-kelompok.Ketergantungan antar kelompok , yang membentuk kesatuan organisasi, menimbulkan banyak masalah dalam koordinasi. Intergroup activities dirancang untuk meningkatkan kerjasama atau memecahkan konflik yang mungkin timbul akibat saling ketergantungan tersebut.
6. Proses Consultation. Dalam
Process consultation, konsultan OD mengamati komunikasi , pola pengambilan
keputusan , gaya kepemimpinan, metode kerjasama, dan pemecahan konflik dalam
tiap unit organisasi. Konsultan kemudian memberikan umpan balik pada semua
pihak yang terlibat tentang proses yang telah diamatinya , serta menganjurkan
tindakan koreksi.
7. Grip OD. Pendekatan grip
pada pengembangan organisasi di dasarkan pada konsep managerial grip yang
diperkenalkan oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Konsep ini mengevaluasi gaya
kepemimpinan mereka yang kurang efektif menjadi gaya kepemimpinan yang ideal,
yang berorientasi maksimum pada aspek manusia maupun aspek produksi.
8. Third-party peacemaking.
Dalam menerapkan teknik ini, konsultan OD berperan sebagai pihak ketiga yang
memanfaatkan berbagai cara menengahi sengketa, serta berbagai teknik negosiasi
untuk memecahkan persoalan atau konflik antar-individu dan kelompok.
sumber :
0 komentar:
Posting Komentar